Sabtu, 07 Januari 2012

Fenomena Hallyu bagi Indonesia


Abad 21 dikenal sebagai era globalisasi.  Globalisasi digambarkan sebagai semua proses yang merujuk kepada penyatuan seluruh warga dunia menjadi sebuah kelompok masyarakat global.  Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat menghindar dari globalisasi yang pengaruhnya kini telah menjalar kesegala aspek kehidupan, yang dapat dilakukan manusia adalah menghadapinya dan menjadikannya sebagai peluang. Globalisasi mewajibkan semua negara untuk siap menghadapi arus liberalisasi perdagangan barang dan jasa, tak terkecuali dengan Indonesia.  Tak hanya itu, persaingan ketat juga terjadi di bidang sumber daya manusia dan alam, ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan, serta tak kalah pentingnya adalah mampu.  Apabila Indonesia tidak mampu menghadapinya maka kita akan kalah dalam persaingan global tersebut.Globalisasi kini tidak hanya identik atau didominasi oleh westernisasi ‘Dunia Barat’. 
Fenomena terbaru yang terjadi saat ini adalah fenomena hallyu atau korean wave yang terjadi di seluruh penjuru dunia, tak terkecuali dengan dunia Barat.  Hallyu bersumber pada negara Korea Selatan yang telah berhasil menyihir dunia dengan budayanya dan menghadirkan warna yang berbeda dari yang selama ini disuguhkan oleh bangsa Barat.  Hallyu telah menjadikan Korea Selatan sebagai Negara yang patut diperhitungkan kedudukannya di kancah Internasional dan tidak dapat dianggap sebelah mata.  Korea Selatan yang pada 1950-an termasuk negara termiskin di Asia, kini menjadi 10 negara terkuat ekonominya di dunia, nomor sembilan di dunia dalam pangsa pasar film, dan menjadi negara paling besar belanjanya untuk pertunjukan dan film.  Selain itu, Korea Selatan juga merupakan negara ke 3 yang telah berhasil menyebarkan budayanya ke seluruh penjuru dunia setelah Amerika dan Jepang.
Korean wave ini disebut juga Hallyu wave, mengacu pada penyebaran budaya Korea Selatan di seluruh dunia atau kecintaan terhadap eksport budaya korea selatan. Korean Wave atau Korean Fever merujuk pada peningkatan secara signifikan popularitas budaya Korea Selatan di seluruh dunia sejak abad 21, terutama di kalangan Generasi Net. Hal ini juga disebut sebagai Hallyu (Hangul: 한류; Hanja: ; RR: Hallyu), dari pengucapan Korea.  Hallyu atau Korean Wave pada hakikatnya merupakan fenomena demam Korea yang disebarkan melalui Korean Pop Culture ke seluruh penjuru dunia lewat media massa, dan yang terbesar lewat jaringan internet dan televisi.  Istilah ini diciptakan di China pada pertengahan 1999 oleh jurnalis Beijing terkejut oleh popularitas yang berkembang pesat hiburan dan budaya Korea di Cina. Dari sebuah budaya menjadi sebuah brand image, itulah Korean Wave. Sebuah kampanye yang sangat menarik melalui berbagai macam cara untuk memperkenalkan Negara Korea Selatan. Tidak bisa dipungkiri, cukup banyak orang yang tertarik menonton drama Korea, mendengar music K-pop (Korean pop), makanan khas korea, pakaian khas korea, belajar berbahasa korea (hangul) bahkan brand-brand dari korea mulai merajalela di tengah krisis global ini. Korea Selatan adalah salah satu dari sepuluh negara teratas dunia sebagai eksportir budaya dan Korean Wave dimulai dengan meng-ekspor drama TV Korea seperti Autumn Fairy Tale, Winter Sonata, Dae Jang Geum (Jewel In The Palace), dan Princess Hours di seluruh Asia Timur dan Asia Tenggara. Keberhasilan pertumbuhan drama korea segera diimbangi dengan film korea, musik pop, makanan dan bahasa. Meskipun populer di seluruh Asia, pengaruh Korean Wave paling terlihat di Cina, Jepang dan Asia Tenggara, lalu menyebar ke India, Timur Tengah, Asia Tengah, Iran, Israel, Turki dan Rusia. Korean Wave berkembang pesat di luar Asia melalui internet dan juga menyebar ke Utara, Tengah dan Amerika Selatan, khususnya di Chile, Meksiko dan Argentina, dan semakin menjadi populer di Amerika Serikat. Selain itu juga menyebar di Eropa Timur dan Skandinavia, antara lain oleh Hungaria dan Norwegia. Hal ini juga mengumpulkan banyak minat positif di Afrika Utara, menarik penonton yang cukup besar di Mesir.
Saat ini, Korean Wave mulai ‘menghantam’ Kerajaan Inggris dan Australia. Di Indonesia sendiri, berkembangnya Korean Pop Culture diawali dengan kemunculan drama seri Korea terlaris kala itu yaitu Endless Love pada tahun 2002 di salah satu stasiun televisi swasta. Cerita yang dikemas secara apik, tidak memiliki episode yang panjang, dengan aktor dan aktris yang berbakat dan sangat menarik penampilannya, membuat drama seri ini menjadi awal pembuka bagi masuknya Korean Pop Culture lainnnya. Hal tersebut dibuktikan dengan ditayangkannya drama seri Korea lain yang berjudul Winter Sonata pada tahun yang sama pula.Selain itu, di Indonesia kita bisa melihat maraknya pemutaran film dan sinetron Korea di televisi, Hallyu bisa juga ditemui di toko-toko kaset dan vcd. Dalam hal ini, film-film Korea sudah mendapat lisensi penjualan melalui distributor resminya. Ini menandakan bahwa film Korea pun sudah mulai sejajar dengan film-film original dari Hollywood yang dipasarkan di Indonesia. Ini merupakan suatu capaian sukses yang diraih oleh industri perfilman Korea. Bila dilihat dari sisi lain, film Korea memiliki pangsa pasar juga di Indonesia. Dengan kata lain, disadari atau tidak, sebagian masyarakat Indonesia sudah terpengaruh dengan Hallyu.Setelah kesuksesan drama korea yang telah berhasil membuat fenomena Hallyu, maka Pemerintah Korea Selatan berencana untuk mengulang kesuksesan yang sama pada Korean Movie dan Korean Music. 
Korean Music atau yang lebih dikenal dengan Korea Pop (K-Pop) telah memperkenalkan boyband dan girlband yang mampu meraih popularitas hingga ke penjuru dunia, yang tentunya dengan kualitas yang tidak dapat diremehkan.  Di Indonesia sendiri, sudah banyak berjamur, fanbase-fanbase K-Pop Idol baik di dunia maya maupun di dunia nyata.  Semua ini terjadi, tentu saja berkat kerjasama semua pihak yang terkait, serta pemerintah yang peduli dan mampu melihat serta memaksimalkan peluang yang ada. Pengaruh Korean Pop culture dalam kehidupan masyarakat Indonesia disadari atau tidak yang meliputi segala aspek dari musik dan drama hingga fashion style, hair style, bahkan Korean way of life. Fenomena tersebut terlihat dari banyaknya fanbase yang ada, baik di dunia maya maupun dunia nyata dan menjamurnya komunitas virtual pecinta Korea di Indonesia.  Hal ini merupakan dampak dari  pola konsumsi media internet pada sebagian besar remaja Indonesia, sehingga menjadi faktor penentu bagaimana Korean Wave bisa menyebar dan akhirnya muncul sejumlah organisasi komunitas virtual yang anggotanya berasal dari berbagai kota di Indonesia. Tak hanya itu, fenomena hallyu juga telah menyebabkan pecintanya memburu segala hal yang berkaitan erat dengan Korea, hal ini tampak jelas dari semakin meningkatnya masyarakat Indonesia yang mempelajari bahasa Korea dan budaya Korea.  Semakin banyaknya restaurant Korea di Indonesia menunjukkan bahwa semakin meningkatnya minat para pencinta kuliner terhadap masakan Korea.  Segala hal yang berhubungan dengan artis-artis Korea juga diburu oleh para pecintanya, hal ini terlihat dari banyaknya kegiatan gathering sesama pecinta artis Korea, dan maraknya lomba cover dance dan idol star.
Berdasarkan fenomena tersebut, dapat diketahui bahwa Korean Wave sedang berjalan pada tracknya di Indonesia. Memiliki kelasnya tersendiri dan punya para penggemarnya masing-masing. Tetapi yang pasti, Korean Wave nyata-nyata sudah mempengaruhi banyak aspek kehidupan penggemarnya. Tidak terkecuali menginspirasi para artis-artis tanah air.Fakta tersebut telah membawa kita pada sebuah kesadaran bahwa Korean Wave diyakini atau tidak telah menginspirasi banyak artis di Indonesia. Kemunculan SM*SH sebagai boy band dengan gaya-gaya yang menyerupai Super Junior, menjadi pembuka bagi bermunculannya boy band dan girl band lain di Indonesia.   Hal ini menandakan bahwa dunia entertainmant khususnya musik, telah memberikan tempat khusus bagi penikmat boyband dan girlband.  Namun, hal ini tidak dibarengi dengan kreativitas dalam berkarya dari para pihak yang terkait, sehingga tanpa disadari atau tidak, artis-artis Indonesia telah meniru konsep boyband dan girlband korea secara utuh, nyaris tanpa perbedaan. Selain itu, kemampuan yang tidak dimiliki oleh artis Indonesia adalah kemampuan dalam memanage para fans, serta menunjukkan dan membalas kecintaan fans.  Artis-artis korea kerap menunjukkan dan membalas kecintaan fans dengan membuat lirik lagu yang khusus ditujukan pada para fansnya, sehingga hal ini akan berpengaruh pada loyalitas dari fans tersebut.
Tak hanya itu, Fenomena Hallyu juga memberikan dampak negatif lainnya, antara lain mengakibatkan lunturnya kecintaan masyarakat Indonesia terhadap budayanya sendiri, menurunnya semangat belajar dan prestasi belajar karena tersitanya waktu untuk menonton drama Korea atau menjelajahi dunia maya untuk melakukan searching mengenai Korea.  Yang tak kalah penting adalah gaya hidup masyarakat Indonesia yang telah terpengaruh oleh gaya hidup masyarakat Korea.Tak semua fenomena Hallyu memberikan dampak negatif bagi Indonesia, dampak positif dari fenomena ini antara lain; memperkaya pengetahuan akan kebudayaan negara lain, Korea dapat dijadikan teladan yang baik dalam hal menghadapi arus globalisasi yang semakin kuat dan tak dapat dihindari, Menginspirasi masyarakat Indonesia untuk terus bekerja keras dan disiplin serta memiliki etos kerja yang tinggi.
Ada pula pembelajaran yang bisa diperoleh dari fenomena Hallyu Film Korea yang telah menjadi andalan ekspor Hallyu harus bisa dijadikan alat belajar bagi masyarakat Indonesia terutama mereka yang berkecimpung di dunia perfilman. Banyak yang bisa dipelajari dari keberhasilan Korea mengekspor budayanya. Salah satunya adalah kemampuan sineas negara  ini dalam menangkap pasar dari industri interaktif. Bukan hanya tayangan di televisi, tetapi mereka akhirnya juga telah berhasil mengemas produk mereka dalam berbagai bentuk dan produk untuk saling mendukung pemasaran industri film mereka. Untuk itulah Indonesia yang saat ini mau tidak mau telah menjadi “pasar” atau konsumen budaya Korea harus bisa mengambil segi-segi positif yang bisa didapatkan terutama dalam hal bagaimana pemerintah Korea mendukung menyebarnya Hallyu ke dunia Internasional. Dukungan seperti ini perlu menjadi contoh bagi masyarakat Indonesia dan pemerintah Indonesia untuk ikut memikirkan produk budaya lokal dan menghargainya. Hanya dengan kesadaran akan berharganya produk dalam negerilah suatu negara bisa dengan bangga memperkenalkan budayanya ke dunia internasional. (http;//kompas.com.amirsodikin/drama-korea-yang-membuaiAsia.html)
Film maupun sinetron di Indonesia yang sebagian besar merupakan hasil plagiat, dapat digantikan dengan drama-drama yang dikemas secara apik dengan berlatar belakang kehidupan masyarakat di jaman kerajaan pada masa lampau dengan bertemakan kisah-kisah percintaan hingga kepahlawanan.  Dari situ kita dapat mengadaptasi cara Korea Selatan dalam memperkenalkan kebudayaan dan kehidupan masyarakatnya dengan drama Korea yang dikemas secara apik dan memiliki nilai jual serta kualitas yang tinggi.  Aliran musik yang dibawakan oleh artis Korea memang terdengar ringan dan berbeda dari kebanyakan, sehingga mudah diterima oleh berbagai kalangan meskipun bahasa yang digunakan sebagian besar adalah bahasa Korea, yang tidak semua orang dapat memahaminya.  Hal ini lah yang dapat ditiru oleh Indonesia, yaitu memiliki khas tersendiri dengan karya yang orisinil serta dapat memiliki tempat khusus di hati para penikmat musik.  Dari semua paparan di atas, hal ini tentu saja dapat dijadikan pemicu semangat masyarakat Indonesia untuk memiliki kemampuan menggabungkan cultural dengan industri, dan menggunakan strategi soft diplomation sehingga Indonesia memiliki daya tarik tersendiri di kancah Internasional.
Gelombang Hallyu yang sangat besar di Indonesia haruslah menjadi pemacu semangat yang nyata untuk melakukan perubahan. Korean pop culture pada dasarnya sangat menarik untuk dipelajari dan menginspirasi karena ditengah kemodernannnya, ada semangat perubahan terus menerus didalamnya, tetapi dengan tidak meninggalkan budaya tradisional didalamnya. Hal tersebut menjadi menarik untuk dipelajari untuk para remaja di Indonesia, bahwa ketika kita sedang terpengaruh dengan kebudayaan lain yang masuk, kita punya filter yaitu kebudayaan sendiri, supaya antara tradisi dan modenitas dapat berjalan serasi, selaras, dan seimbang. Pada akhirnya, kejayaan Korean Pop Culture di Indonesia haruslah dapat menginspirasi kita semua untuk memajukan dan berjaya dengan Indonesian Pop Culture. (http;//bidariIndrahastuti.blogspot.com.UASPTK-Fenomena Pembentukan Komunitas Virtual Pecinta Korea di Indonesia.html)
Anggota komunitas yang lebih tertarik menyebarkan budaya Korea dibanding melestarikan budaya Indonesia, seharusnya membuka mata bangsa ini lebih luas akan pentingnya membuat sebuah branding yang kuat bagi Indonesia. Indonesia memiliki nilai jual yang tidak kalah menarik dengan Korea, namun tidak memiliki cukup strategi komunikasi untuk menyebarkan pengaruhnya di dunia.Oleh karena itu, bangsa Indonesia sebaiknya belajar dari Korea Selatan bagaimana menyebarkan pengaruh dan kebudayaannya secara tepat dan efisien. Korea Selatan dengan cerdas memberikan positioning dirinya sebagai produsen budaya dan hiburan yang notabene akan mudah disukai oleh masyarakat. Lebih jauhnya, perubahan perilaku konsumsi masyarakat dunia, dengan cepat membuat promosi kebudayaan yang dilakukan Korea melalui pemanfaatan teknologi YouTube, misalnya, menjadi pembicaraan melalui word of mouth dan viral communication yang efektif disebarluaskan secara jamak.
Keberadaan komunitas virtual yang memiliki loyalitas tinggi terhadap budaya Korea, juga banyak membantu tersebarnya Korean Wave ke mancanegara, terutama di Indonesia. Untuk ke depannya, tidak ada salahnya bagi Indonesia untuk membuat sebuah branding pariwisata dan budaya yang lebih efektif dalam kemasan menarik, sehingga mudah disukai oleh masyarakat dari negara lain. Lebih baik lagi jika Indonesia memanfaatkan kecanggihan teknologi komunikasi masa kini untuk menyebarkan informasi mengenai serba-serbi Indonesia kepada dunia agar masyarakat dunia juga tahu bahwa Indonesia pun punya budaya yang luar biasa.

6 komentar:

apa respons anda tentang fenomena HALLYU INI...???

Bagaimana pun akan sulit membendung fenomena ini, yang tetap berusaha akan mencintai produk dalam negeri sajalah. Ya, sekedar mengagumi saja sid. tidak sampai pada proses imitasi ataupun identifikasi.
hati* anda masuk dalam pengaruh itu??? hhhe

hhaa..kyknya gak sampai setaun lagi boyband dan girlband bakalan tenggelem ;p

Tidak lah tin, sepertinya demam girl-boy band Indonesia dapat bertahan sampai 3tahunan. hhe.
Tetapi untuk yg bisa bertahan lho,yg tidak ya tenggelam lbh cepat.
Pengaruh positifnya saja yang kita ambil dari adanya girl-boy band Indonesia.

kearifan lokal indonesia dalam mengembangkan budaya tradisional seharusnya mampu meniru kearifan lokal negara korea dalam mengembangkan budayanya. sebenarnya indonesia sudah mendunia berbagai budaya yang dipopulerkan lewat industri kreatif seperti budaya banyumas oleh CLC sampe ke Eropa dan Musik Bali sampai ke Eropa dan Amerika oleh Musisi Balawan. lebih baik membuat gelombang budaya sendiri dari pada terkena gelombang budaya negara lain, apalagi indonesia banyak budaya, kenapa mesti menggandrungi budaya lain, kalo budaya sendiri saja banyak pilihan... :)

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More