Selasa, 13 Desember 2011

SINGLE PARENT: STRUKTUR KELUARGA DAN KOMPLEKSITAS PERAN

Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104). Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan organisasi terbatas dan mempunyai ukuran yang minimum, terutama pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan.
Struktur keluarga merupakan subsistem dari struktur sosial. Struktur sosial secara keseluruhan dibentuk dari satuan-satuan keluarga. Hanya dalam masyarakat yang kompleks dengan peradaban yang lebih tinggi keluarga berhenti untuk memenuhi fungsi-fungsi ini, demikian juga pada masyarakat lokal seperti halnya pembagian kelas-kelas sosialnya, cenderung untuk mempertahankan kesatuan-kesatuan keluarga.
Dahulu keluarga (keluarga inti) merupakan struktur organisasi yang terkecil dalam masyarakat meliputi ayah, ibu dan anak. Fenomena yang marak terjadi akhir-akhir ini adalah kondisi keluarga yang tidak memiliki struktur keluarga sebagaimana mestinya. Dalam artian sudah ada pergeseran dalam struktur keluarga, yaitu adanya keluarga yang hanya orangtua tunggal dan anak seperti ibu dan anak ataupun ayah dan anak.
ANALISIS KASUS:
TREN
Single Parent: Struktur Keluarga dan Kompleksitas Peran
            Single parent, ini merupakan fenomena yang sering terjadi di lingkungan sekitar kita. Struktur keluarga yang baru memunculkan berbagai pandangan bagi beberapa masyarakat. Bentuk struktur keluarga yang memiliki perbedaan pada struktur keluarga pada umumnya. Ayah, Ibu dan anak seperti itu lazimnya struktur sebuah keluarga. Saat ini sudah ada perubahan pada struktur keluarga, kelengkapan anggota keluarga sudah tidak menjadi permasalahan berarti dalam pembahasan struktur keluarga. Ketika sebuah keluarga hanya ada Ibu dan anak ataupun Ayah dan anak pun dikatakan sebuah keluarga walaupun jika diamati dari struktur keluarga itu memiliki perbedaan.  Meluasnya fenomena menjadi orangtua tunggal maka semakin banyak pula deskripsi definisi dari single parent itu sendiri. Single parent adalah orang yang melakukan tugas sebagai orang tua (ayah atau ibu) seorang diri karena kehilangan atau terpisah dengan pasangannya.
            Single parent disebabkan oleh dua hal yaitu diinginkan (sengaja) dan tidak diinginkan (tragedi). Dalam kondisi yang sengaja, biasanya dianut oleh kaum feminist yang menginginkan kebebasan dalam menentukan komposisi suatu keluarga, dalam kondisi seperti ini biasanya wanita sudah mempersiapkan dirinya secara matang. Mereka lebih mandiri dalam segi finansial dan memiliki prinsip yang dipegang dalam menjalani kehidupannya sebagai single parent. Akan tetapi menjadi single parent juga terkadang menjadi suatu pilihan yang memang sebenarnya tidak diinginkan oleh seorang wanita atau pria itu sendiri. Single parent bisa jadi karena pasangan yang menikah tetapi tiba-tiba salah satunya meninggal dunia atau bercerai. Kondisi menjadi lebih sulit oleh pelakunya. Orangtua tunggal yang keberadaannya dalam keluarga memiliki peranan ganda, masalah pergolakan perasaan, kesiapan ekonomi, dan bagaimana menghadapi masalah dalam kehidupan sosial masyarakat.
Akibat adanya single parent, struktur keluarga pun mengalami perubahan. Orangtua tunggal baik yang diemban oleh seorang ayah ataupun seorang ibu bersama anak-anaknya. Apabila kita amati memang tidak banyak pria yang terus memilih untuk menjadi orangtua tunggal setelah istinya meninggal. Diperkirakan lebih banyak istri yang bertahan untuk terus sendiri dan menjadi orangtua tunggal dibandingkan suami. Ini semua sangat dipengaruhi oleh stereotip peran gender yang sangat memisahkan peran ibu sebagai pengasuh anak yang utama dan peran ayah adalah pencari nafkah keluarga. Jadi, masyarakat sering memandang adanya ketidakpantasan dan tidak mampu bila ayah saja yang mengasuh anak-anak.
Secara historis, perempuan di bawah sistem patriarki, apa pun kelas dan ras mereka, wajib menjalankan tugas-tugas reproduksi sosial (melahirkan anak, mengasuh anak, menata rumah, menyiapkan makanan, merawat yang sakit dan anak-anak, pelayanan emosional dan seksual). (George Ritzer, 2010: 523) Adanya penelitian feminis menunjukan pertama, bahwa kehidupan perempuan mengandung unsur kebetulan, ketika perempuan mendapati diri mereka dipengaruhi oleh agenda yang bergeser dan berubah oleh gejolak perkawinan, tindakan suami, dampak tak terduga anak-anak terhadap rencana hidup, perceraian, menjadi janda, dan kerentanan sebagian besar pekerjaan upahan perempuan. Kedua, dalam aktivitas sehari-hari mereka, perempuan mendapati dirinya tidak banyak memiliki kesempatan untuk mengejar cita-citanya sendiri secara bertahap namun terus-menerus merespons kebutuhan dan keinginan orang lain. Tema ini dikembangkan dari analisis simbiosis emosional dan relasional antara ibu dan anak perempuan, mulai dari deskripsi kelompok bermain anak perempuan yang bersifat sangat relasiona, sampai pada analisis perempuan pada pekerjaan-pekerjaan tertentu seperti guru, perawat, sekretaris, resepsionis, dan karyawan kantor. Paparan tentang perempuan dalam peran sebagai istri, ibu dan koordinator kerabat serta komunitas. (George Ritzer, 2010: 527-528) Teori feminis telah mengembangkan sistem gagasan tentang kehidupan manusia yang menggambarkan perempuan sebagai objek dan subjek, pelaku dan orang yang mengetahui. Feminis telah mampu perlahan melepaskan perempuan pada subordinasi yang selama ini melekat pada perempuan dimanapun ia berada.
Kebebasan yang diperoleh para perempuan sehingga dapat mengaktualisasikan diri. Para ibu tidak lagi hanya berdiam diri di rumah untuk mengurus anak, memasak dan berbenah diri. Hal ini memberikan fungsi yang berarti untuk seseorang ibu. Ketika sudah berkarier sejak sebelum menikah hingga ia dipersunting oleh seorang pria maka seorang perempuan akan memiliki kekuatan pada dirinya. Hal ini memberikan kesiapan diri bagi seorang ibu, apabila suatu saat dirinya ditinggalkan oleh seorang suami baik karena meninggal dunia maupun perceraian. Memang tidak ada yang menginginkan hal ini terjadi dalam ikatan perkawinan namun, tidak ada salahnya apabila seorang ibu memikirkan jangka panjang.
Ketika seorang ibu harus hidup menjadi orang tua tunggal untuk anak-anaknya sudah ada sedikit kesiapan secara finansial. Kebutuhan hidup yang saat ini semakin meningkat bahkan kebutuhan sekunder masuk dalam kebutuhan primer. Pastilah orangtua mempunyai keinginan yang terbaik untuk anaknya. Kebutuhan pribadi si anak pun telah mendominasi kebutuhan secara keseluruhan dan selalu memberikan yang terbaik dari mulai susu, pakaian, tempat tinggal, pendidikan, hingga kesenangan untuk si anak itu sendiri. Apabila seorang ibu sudah terbiasa menggantungkan hidup kepada suami dan tidak melanjutkan kariernya maka, hal diatas akan menjadi permasalahan yang rumit. Banyaknya wanita setelah menikah dilarang bekerja oleh suaminya untuk mengurus anak dan rumah tangganya. Kemudian saat ditinggalkan oleh suaminya (meninggal atau bercerai), maka tidak ada kestabilan secara finansial. Saat mencoba terjun di dunia kerja pun, tingkat penghasilannya masih tergolong sedikit. Hal ini dikarenakan minimnya pengalaman kerja si ibu sehingga penghasilan yang diperoleh pun minimal pula. Belum terbiasa dengan peranan ganda pun memberikan tekanan bagi kondisi mental. Terbiasa dengan hidup berkecukupan tanpa kekurangan tetapi gaya hidup mengalami perubahan drastis setelah perempuan menjadi single parent. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan perempuan tetap mengejar kariernya meskipun kondisi suaminya sudah mapan secara materiil. Perempuan memiliki hak untuk meletakkan dirinya pada situasi aman untuk menghadapi sesuatu yang mungkin tidak terduga sebelumnya.
Struktur keluarga yang hanya terdiri orangtua tunggal dan anak. Pasti memberikan perbedaan signifikan, hal ini tampak pada peranan yang dimiliki oleh orangtua. Perempuan sebagai single parent harus mampu membagi waktu, untuk berperan sebagai ayah dan ibu sekaligus. Perannya sebagai ayah, sebagai pemimpin keluarga kecil yang dimilikinya. Kemandirian dalam mengambil keputusan dan membuat kebijakan secara mandiri untuk keluarga kecilnya. Menafkahi kebutuhan hidup keluarganya pun menjadi tambahan tanggung jawab bagi wanita single parent. Meskipun proritas mencari nafkah, seorang wanita single parent harus tetap menjalankan kodratnya sebagai perempuan yaitu mengasuh dan membesarkan anak.
            Rasa kasih sayang yang penuh perlu diberikan untuk anak, tidak dipungkiri anak merasakan dampak psikologis yang dapat berpengaruh pada perilaku di rumah, sekolah maupun masyarakat. Adanya perbedaan struktur keluarga memberikan efek yang tidak dapat dihindari oleh si anak. Dengan kasih sayang maka ibu dapat mempersiapkan mental si anak. Menumbuhkan rasa kepercayaan dirinya dan meningkatkan rasa nyaman merupakan tugas utama. Sebagai perempuan single parent tetap membutuhkan dukungan sosial baik berupa dukungan emosional maupun instrumental. Dukungan emosional, ditandai dengan perhatian yang simpatik terhadap orang lain yang mengalami stres. Tujuannya adalah mengurangi emosi negatif dan ketegangan yang dihasilkan. Dukungan instrumental, ditandai dengan bantuan yang lebih nyata dan terwujud. Misalnya, nasehat-nasehat membantu individu yang stres secara aktual mengubah lingkungan yang memicu stres. Misalnya, secara aktif menyelesaikan masalah atau mengubah persepsi terhadap sumber stres.
            Kondisi single parent memang tidaklah mudah untuk dihadapi. Apalagi adanya pandangan atau komentar miring sebagian masyarakat terhadap struktur keluarga yang tidak lazim ini. Pengakuan dan penerimaan struktur keluarga yang berpola single parent dari masyarakat juga merupakan faktor yang dapat membantu bagi pemeran single parent. Penghormatan dengan menghargai single parent sebagai seorang manusia atas segala perjuangan yang dihadapinya dan menerima struktur keluarga yang dianut oleh seorang wanita single parent (meliputi ibu dan anak). Belas kasihan yang berlebihan tidak perlu, karena hal ini akan melemahkan mental seorang single parent.

Referensi:
George Ritzer dan Douglas J. Goodman. 2010. TEORI SOSIOLOGI: Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Kreasi Wacana: Yogyakarta.
Khairudin H. 1985. Sosiologi Keluarga. Nurcahaya: Yogyakarta.

2 komentar:

bagaimana kiat2 menjadi singgle pearent yang baik..??

Single Parent itu bukan suatu yang mudah untuk dilakukan, yang terpenting mampu menjalankan dua tugas ganda sebagai ibu dan ayah yang baik untuk buah hati. ;)

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More