Rabu, 11 Januari 2012

Rinduku


Hatiku hampa tanpa dirimu
Tak ada yang bisa menggantikan dirimu
Sedih hatiku tanpa cintamu

Aku ingin engkaulah yang menjadi kekasihku
Apakah kamu kecewa padaku
Pengorbanan sia-sia tanpamu...

Rindu hatiku saatku ingat dirimu
Sepi hidupku tanpa cintamu…
Terbukalah hatimu untuk diriku…

Realita Cinta


Terkecup kedua lengan dipunggungmu
Tertulis namamu dihatiku
Terpaku kau masih mengingatku
Setelah terpisah tuk sekian lama

Apakah selama ini kau bahagia???
Walau aq tak selalu ada…
Andai kau rindu, janganlah engkau simpan
Biarlah rindumu menyatu dengan rinduku

Terhanyut kita penuh berbagi
Janji dan harapan tanpa ada rasa jenuh
Ku tak pernah merasa jenuh
Jika kau disampingku
Begitulah nyanyian rinduku…

Kala Mentari


Tak kala sang mentari
Menari menerangi , melarutkan malam
Dan dinginnya malam…
Takkan pernah ada pula
Siang tanpa dinginya mentari malam
Dan takkan pernah bertemu pula
Kekasih tanpa saling mencari
Kekasih yang lain…
Takkan pernah pula bertepuk tangan
Hanya dengan sebelah tangan
Karena semua adalah
Keseimbangan dari Tuhan…

Penantian


“Cinta…”
Entah darimana datangnya perasaan itu
Yang tiba-tiba muncul dari benakku

Disinilah ku mulai melangkah...
Mencari cinta sejati
Bayanganmu selalu hadir di dalam hatiku

Cinta selalu ada di dalam hatiku
Wajahmu selalu terbawa dalam mimpiku
Jujurku sangat mencintaimu…
Jadikanlah ku sebagai kekasihmu
Tuk selamanya…
I with it’s love

Kagum

Sejak kupandang wajahmu…
Terasa getaran di hatiku
Sehingga lahir perasaanku
Untuk memilikimu…

Telah Ku korbankan semua waktuku
Hanya Untuk Dirimu
Karena Ku yakin Kau Dekat Di hatiku

Takkan kulupakan dirimu…
Walaupun seribu macam godaan
Hanya dirimu satu satunya di dunia ini…

Bukan harta bukan kekayaan
Bukan kepintaranmu  bukan pula ketampananmu
Hanya ketulusan hatimu
Yang aku dambakan

Max Weber: Wewenang atau authority

Max Weber mengemukakan beberapa bentuk wewenang dalam hubungan manusia yang juga menyangkut hubungan dengan kekuasaan. Menurut Weber, wewenang adalah kemampuan untuk mencapai tujuan – tujuan tertentu yang diterima secara formal oleh anggota – anggota masyarakat.  Sedangkan kekuasaan dikonsepsikan sebagai suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang lain tanpa menghubungkannya dengan  penerimaan sosialnya yang formal. Dengan kata lain, kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi atau menentukan sikap orang lain sesuai dengan keinginan si pemilik kekuasaan.
Weber membagi wewenang ke dalam tiga tipe berikut.
a.       Ratonal-legal authority, yakni bentuk wewenang yang berkembang dalam kehidupan masyarakat modern. Wewenang ini dibangun atas legitimasi (keabsahan) yang menurut pihak yang berkuasa merupakan haknya. Wewenang ini dimiliki oleh organisasi – organisasi, terutama yang bersifat politis.
b.      Traditional authority, yakni jenis wewenang yang berkembang dalam kehidupan tradisional. Wewenang ini diambil keabsahannya berdasar atas tradisi yang dianggap suci. Jenis wewenang ini dapat dibagi dalam dua tipe, yakni  patriarkhalisme dan patrimonialisme. Patriarkhalisme adalah suatu jenis wewenang di mana kekuasaan didasarkan atas senioritas. Mereka yang lebih tua atau senior dianggap secara tradisional memiliki kedudukan yang lebih tinggi. Berbeda dengan patriarkhalisme, patrimonialisme adalah jenis wewenang yang mengharuskan seorang pemimpin bekerjasama dengan kerabat – kerabatnya atau dengan orang – orang terdekat yang mempunyai loyalitas pribadi terhadapnya. Dalam  patriarkhalisme dan patrimonialisme ini, ikatan – ikatan tradisional memegang peranan utama. Pemegang kekuasaan adalah mereka yang dianggap mengetahui tradisi yang disucikan. Penunjukkan wewenang lebih didasarkan pada hubungan – hubungan yang bersifat personal/pribadi serta pada kesetiaan pribadi seseorang kepada sang pemimpin yang terdahulu.  Ciri khas dari kedua jenis wewenang ini adalah adanya sistem norma yang diangap keramat yang tidak dapat diganggu gugat. Pelanggaran terhadapnya akan menyebabkan bencana baik yang bersifat gaib maupun religious. Contoh patriarkhalisme misalnya wewenang ayah, suami anggota tertua dalam rumah tangga, anak tertua terhadap anggota yang lebih muda, kekuasaan pangeran atas pegawai rumah atau istananya, kekuasaan bangsawan atas orang yang ditaklukannya.
c.       Charismatic authority, yakni wewenang yang dimiliki seseorang karena kualitas yang luar biasa dari dirinya. Dalam hal ini, kharismatik harus dipahami sebagai kualitas yang luar biasa, tanpa memperhitungkan apakah kualitas itu sungguh – sungguh ataukah hanya berdasarkan dugaan orang belaka. Dengan demikian, wewenang kharismatik adalah penguasaan atas diri orang – orang, baik secara predominan eksternal maupun secara predominan internal, di mana pihak yang ditaklukkan menjadi tunduk dan patuh karena kepercayaan pada kualitas luar biasa yang dimiliki orang tersebut. Wewenang kharismatik dapat dimiliki oleh para dukun, para rasul, pemimpin suku,  pemimpin partai, dan sebagainya. 

George Simmel: The Philosophy Of Money

Seperti halnya Marx, Simmel juga memusatkan perhatiannya pada kapitalisme dan masalah yang ditimbulkan oleh ekonomi uang. Simmel melihat masalah ekonomi pada zamannya sekedar sebagai manifestasi spesifik dari masalah kebudayaan yang lebih umum, yaitu alienasi kebudayaan objektif dari kebudayaan subjektif. Bagi Marx, masalah-masalah ini tak lain adalah masalah kapitalisme, namun bagi Simmel semua itu adalah bagian dari tragedi universal, meningkatnya ketidakberdayaan individu ketika terjadi pertumbuhan kebudayaan objektif. Dalam bukunya Simmel membahas tentang dampak uang pada dunia batiniah[1].

Uang dan Nilai
Dalam konteks umum nilai inilah Simmel mendiskusikan uang. Dalam ranah ekonomi, uang berperan dalam menciptakan jarak dengan objek dan menawarkan diri jadi sarana untuk mengatasi jarak tersebut. Dengan demikian, uang memilliki fungsi yang unik, menciptakan jarak antara orang dengan objek, kemudian menjadi sarana untuk mengatasi jarak tersebut[2].
Dalam pembahasan mengenai uang dan nilai ini, uang memiliki fungsi yang unik, karena uang kita tidak dapat memiliki objek yang kita inginkan, sehinnga memacu kita untuk berusaha mendapatkan uang agar bisa mendapkan objek yang kita inginkan, dari sinilah uang menjadi bernilai, dan pada saat kita mempunyai banyak uang, kita mampu mengatasi jarak antara diri kita dengan objek itu dengan membelinya.

Efek Negatif dari Uang
Masyarakat tempat uang menjadi tujuan itu sendiri, yang benar-benar menjadi tujuan akhir, melahirkan sejumlah efek negatif pada individu yang dua diantaranya yang paling menarik adalah meningkatnya sinisme dan sikap acuh. Sinisme terjadi ketika aspek tertinggi dan terendah kehidupan sosial diperjualbelikan, direduksi menjadi alat tukar umum - uang. Meningkatnya segala hal menjadi alat tukar umum mengarah pada sikap sinis bahwa segala hal memiliki harga, bahkan apa pun dapat dijual atau dibeli di pasar. Ekonomi uang juga mengakibatkan sikap acuh. Efek negatif lain ekonomi uang adalah makin merebaknya hubungan impersonal antar orang.
Isu terkait adalah dampak ekonomi uang terhadap kebebasan individu. Ekonomi uang mengarah pada perbedaan perbudakan individu. Individu di dunia menjadi teratomisasi dan terisolasi. Dampak lain ekonomi uang adalah reduksi nilai manusia menjadi dolar. Simmel menggambarkan kasus yang terjadi di masyarakat primitif, yaitu diampuninya pembunuhan dengan membayar sejumlah uang atau dipertukarkannya seks dengan uang.
Beberapa di antara pandangan yang paling menarik Simmel terletak pada pemikiran tentang dampak uang pada gaya hidup orang, yaitu tumbuhnya kebudayaan objektif yang mengorbankan kebudayaan individu.[3]
Simmel menulis buku The Philosophy of Money karena Ia melihat masalah ekonomi pada zamannya yang sekedar  manifestasi spesifik dari masalah kebudayaan, yaitu alienasi kebudayaan objektif dari kebudayaan subjektif. kebudayaan objektif merujuk pada hal-hal yang dihasilkan orang seperti seni, ilmu pengetahuan, filsafat, dll. Sedangkan kebudayaan subyektif adalah kapasitas actor untuk menghasilkan menyerap, dan mengendalikan elemen-elemen kebudayaan objektif [4].
            Dalam bukunya Simmel membahas tentang uang dan nilai, dimana uang memiliki fungsi yang unik, menjadikan jarak dengan objek, membuat sesuatu bernialai dan mendekatkan objek itu. Selain mempunyai fungsi unik  uang juga merupakan sesuatu yang mempunyai banyak efek negative yang bisa mempengaruhi perilaku dan mengubah gaya seseorang.




[1] George Ritzer dan Douglas J. Goodman.2004.Teori Sosiologi.Kreasi Wacana:Bantul. Hal :188-189
[2] George Ritzer dan Douglas J. Goodman.2004.Teori Sosiologi.Kreasi Wacana:Bantul. Hal :189
[3] George Ritzer dan Douglas J. Goodman.2004.Teori Sosiologi.Kreasi Wacana:Bantul. Hal :188-192
[4] George Ritzer dan Douglas J. Goodman.2004.Teori Sosiologi.Kreasi Wacana:Bantul. Hal :176

Solidaritas Komunitas Vespa: Semua vespa bersaudara.


Para pengguna vespa baik yang tergabung dalam komunitas ataupun non komunitas memiliki rasa solidaritas yang tinggi. Hal ini terbukti dengan seringnya mereka menolong sesama pengguna vespa di jalan, seringnya mereka berkumpul, menolong sesama pengguna vespa yang mendapat musibah meskipun belum mengenalnya, sikap mereka saat menyapa pengguna vespa lain.
Kebersamaan dan interaksi yang baik diantara vespa membuat terjalinnya hubungan baik diantara satu sama lain. Tanpa harus diminta bahkan dipaksa komunitas vespa maupun pencinta vespa telah terbiasa dengan solidaritas. Rasa solidaritas tersebut telah muncul dari setiap individu masing-masing, walaupun tidak semua terikat kedalam satu komunitas yang sama.
Semua bentuk solidaritas komunitas vespa maupun nonkomunitas di Yogyakarta tersebut di latarbelakangi beberapa faktor baik intern yaitu rasa senang dan cinta pengguna vespa terhadap vespa itu sendiri. Ataupun faktor ekstern yaitu adanya slogan – slogan dan motto dari pengguna vespa yang memotivasi rasa persaudaraan di antara mereka.
Semua bentuk solidaritas komunitas vespa maupun nonkomunitas di Yogyakarta tersebut di latarbelakangi beberapa faktor baik intern maupun ekstern. Faktor intern yaitu rasa senang dan cinta pengguna vespa terhadap vespa itu sendiri. Perasaan senang dan cinta pengguna vespa terhadap vespanya dapat terlihat pada cara mereka merawat vespanya. Meskipun sudah berumur puluhan tahun, namun vespa tetap dijaga dan dirawat. Banyak diantara mereka yang memodifikasi espa mereka menjadi lebih bagus dan indah. Ada pula yang memodifikasi vespa mereka menjadi vespa gembel dengan di modif panjang dan diberi aksessoris seperti barang rongsokan, tempat duduk di samping, diberi hiasan pohon kering, dan sebagainya sehingga membuat vespa tersebut terlihat kumuh dan kotor (terkesan “gembel”).
Kecintaan mereka terhadap vespa juga ditunjukan dengan menggunakan vespa kemana pun ia pergi walaupun sering bermasalah di jalan dan menghabiskan banyak biaya untuk merawatnya, mereka masih saja menggunakan vespa tersebut. Mereka terlihat bangga memiliki vespa sehingga muncul semboyan unik “jangan ngaku kaya kalau belum punya vespa”. Disisi lain, faktor intern yang melatarbelakangi rasa solidaritas diantara sesama pengguna vespa adalah kesadaran mereka sebagai makhluk sosial, komunitas vespa mengakui keberadaannya sebagai mahkluk yang terlahir hidup dengan bantuan orang lain dan tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. oleh karena itu mereka menjunjung tinggi rasa saling menghormati dan tolong menolong khususnya diantara sesama pengguna vespa. Dalam hal ini, rasa solidaritas antara pengguna vespa semakin terpupuk dengan adanya kesamaan dalam mengendarai vespa. Mereka sama-sama mengetahui bagaimana suka dukanya memiliki vespa sehingga jika melihat pengguna vespa lain yang mengalami kesulitan maka mereka secara spontan akan terpanggil untuk menolongnya.
Adapun faktor ekstern yaitu adanya slogan – slogan dan motto dari pengguna vespa yang memotivasi rasa persaudaraan di antara mereka. Motto dan slogan tersebut antara lain:
a.     Adanya slogan “semua vespa itu bersaudara”.
Maksudnya semua pengguna vespa dimana pun berada adalah saudara, entah berasal dari keluarga kaya atau miskin, berasal dari daerah mana pun dari sabang sampai merauke, tanpa memandang perbedaan usia, jenis kelamin, warna kulit, penampilan, pendidikan, bahasa, ras, suku, dan sebagainya, asalkan memiliki vespa maka dianggap sebagai saudara. Dengan dianggap sebagai saudara, sehingga jika saudara mengalami kesulitan, maka yang lainya akan membantu. Dengan berlandaskan itulah semua pengguna vespa merasa aman menggunakan vespanya yang sudah tua kemana pun pergi. Berikut bukti adanya rasa solidaritas dalam komunitas vespa, surat tersebut menunjukan tingginya rasa solidaritas.

b.     Mereka memiliki sebuah motto yaitu “nanem”
Maksudnya mereka percaya bahwa segala perbuatan yang mereka lakukan sekarang akan dibalas dikemudian hari. Oleh karena itu, dimana pun mereka berada, mereka selalu menerapkan prinsip tersebut. Mereka juga percaya bahwa jika mereka menolong orang lain, maka suatu saat nanti mereka pasti akan ditolong juga ketika mendapatkan kesulitan. Salah satu narasumber yang bernama Aries menceritakan bahwa ia pernah menolong pengguna vespa asal banyuwangi di jalan saat vespanya mogok. Ia tidak mengenal orang itu sebelumnya, namun ia tetap menolong hingga vespanya dapat digunakan kembali. Tanpa disangka, suatu hari ketika Aries melakukan touring ke banyuwangi, dia bertemu dengan orang yang pernah ditolongnya dulu dan membantu Aries memberi tempat untuk menginap dan dijamu selama berada di Banyuwangi. Itu adalah salah satu pengalaman yang beliau miliki.

c.     Jargon “Satu jalan satu tujuan satu kata bersatu tanpa ada perbedaan”.
Semua pengguna vespa di manapun berada adalah sama, sehingga diantara sesama pengguna vespa baik dari aliran gembel, klasik, dan lain sebagainya akan diperlakukan sama tanpa ada diskriminasi. Hal tersebut terlihat ketika suatu komunitas mengadakan hajatan, semua pengguna vespa di seluruh Indonesia diundang tanpa ada kecuali. Pada saat berangkat ke tempat hajatan pun mereka bersama-sama, tidak memilih-milih teman. Dalam perjalanan, mereka tidak segan untuk berbagi makanan, minuman, oli, dan keperluan lain yang bisa digunakan bersama. Saat mereka melakukan perjalanan (touring), mereka memiliki satu jalan, satu tujuan, satu kata, dan mereka pun bersatu tanpa ada perbedaan dan diskriminasi di dalamnya.

Roda Becakku, Sumber Kehidupanku


Seketika kalimat itu ada dibenak saya, sesaat setelah saya melihat dengan kedua bola mata saya. Seakan-akan saya menjadi saksi utama dalam perjalanan hidup seorang tukang becak. Padahal itu pandangan pertama saya, benar-benar yang pertama kali. Saat itu saya berada di pusat kota di Alun-Alun Utara Yogyakarta. Malam itu menjadi saksi bahwa saya menyaksikan semangat yang sungguh luar biasa dari  beberapa tukang becak. Ketika sebuah bus pariwisata datang, tidak lama ada balapan. Balapan itu tidak biasa tentunya, balapan biasanya itu sepeda motor, kalau tidak ya mobil. Tetapi untuk kali ini yang saya saksikan adalah balapan para pejuang keluarga yaitu para tukang becak. Mengapa saya menyebutnya sebagai balapan para pejuang keluarga.
Bagaimana tidak para tukang becak mengayuh pedal becaknya dengan penuh semangat tanpa  memikirkan kalau panas sudah membakar kulitnya dikala siang hari,  jika malam dingin pun menghantui mereka, belum lagi jika hujan turun, letihnya fisik, bahkan hati yang sakit karena tak juga mendapatkan penumpang. Mereka adalah bapak-bapak yang selalu berusaha sekuat tenaga mencari rejeki hanya demi sesuap nasi. Itu semua mereka lakukan hanya untuk anak-istri yang sudah menjadi tanggung jawab mereka.
Hati ini sangat tersentuh, bahkan tergugah pula. Rasanya saya merasa sangat kecil di hadapan para tukang becak. Padahal saya masih sangat beruntung dibandingkan mereka. Semangat yang sangat membara, yang menunjukan semangatnya menjalani hidup ini. Walaupun penuh keterbatasan, untuk makan saja susah apalagi untuk yang lain-lain. Penuh kesabaran, diiringi dengan usaha, dan ditambahkan dengan doa tak lupa mengucap syukur kepada penciptanya. Itulah yang selalu mereka lakukan. Buat saya semua itu sungguh sangat luar biasa. Saya sangat salut dengan mereka, mereka patut saya jadikan guru kehidupan untuk saya. Cobaan, hambatan silih berganti menghadang mereka. Namun, tidak pernah ada di benak mereka kata-kata menyerah. Para tukang becak ingin memberikan hasil yang terbaik untuk istri dan anaknya.
        Keterbatasan yang mereka miliki, hal tersebut tidak pernah membuat mereka menyesali apa yang telah terjadi. Memang kata menyesal terkadang ada dibenak mereka, tentulah mereka juga menginginkan kebahagiaan, kenyamanan. Walaupun hidup penuh keterbatasan, mereka tetap mensyukuri atas nikamat yang ada . Mereka mempercayai adanya sang pencipta, Tuhan sudah mengatur semua rezeki untuk mahkluk ciptaanya. Tuhan akan menunjukan segala kekuasaannya, keadilanya bagi umat yang mau berusaha dan berdoa. Itu yang selalu membuat mereka bersabar dan tidak pernah putus asa dalam menjalani kerasnya hidup ini.
Beban berat yang ada di pundak mereka, walaupun demikian tidak pernah membuat mereka pantang menyerah. Mereka menjalani dengan penuh keikhlasan, senyuman pun selalu terpancar di wajah mereka. Padahal sejujurnya, sudah pasti rasa capek lelah merajai fisik mereka. Tetapi tak pernah mengurungkan niat mereka untuk membanting tulang. Bayang wajah kebahagiaan istri dan anak mereka yang telah membuat mereka semakin kuat, tangguh dan tidak kenal lelah dalam menjalani sebagai tukang becak. Para tukang becak selalu menginginkan bisa melihat canda-tawa dari istri dan anaknya. Berharap bisa memberikan kebahagiaan layaknya sebuah keluarga bahagia lainnya.
Semangat itu sehingga membuat mereka rela berbalapan masuk ke area Alun-alun Utara untuk mendekati bus pariwisata yang baru saja datang. Bus yang membawa para wisatawan lokal maupun interlokal. Bagi mereka saat-saat itu lah yang mereka nanti, mendapatkan uang. Tanpa memperdulikan bahayanya saat mereka saling berebut lebih dulu. Padahal tidak menutup kemungkinan mereka srempetan yang membuat mereka jatuh. Jadi, tidak dapat uang tetapi defisit uangnya. Iya, kalau sudah mendapatkan uang. Jika belum menambah masalah mereka juga.
Sebaiknya untuk menghindari itu semua pakai cara antrian, layaknya taksi-taksi yang menunggu penumpangnya. Saya rasa itu lebih efektif, adil pula. Mengapa demikian? Lebih efektif karena lebih rapi, lebih teratur. Tidak ada kesan saling bersaing, mereka memang sama-sama sedang mencari rejeki. Terlihat saling berebut penumpang, hal ini bisa memicu timbulnya konflik kecil diantara mereka.

Pendidikan Karakter Untuk Perbaikan Mahasiswa Indonesia

Dalam kajian budaya, nilai merupakan inti dari setiap kebudayaan. Dalam konteks ini, khususnya nilai-nilai moral yang merupakan sarana pengatur dari kehidupan bersama, sangat menentukan di dalam setiap kebudayaan. Terlebih lagi adanya transformasi etika global yang semakin bebas. Padahal tidak ke semua yang bersifat mendunia itu sesuai dengan karakter pribadi budaya kita. Mahasiswa saat ini mengalami multikrisis yang dimensional, dan krisis yang dirasakan sangat parah adalah krisis nilai-nilai moral.
Berbagai fenomena dan wacana-wacana sosial akhir-akhir ini membahas gejala di kalangan mahasiswa khususnya. Permasalahan etika dan moral yang selalu diperbincangkan. Fenomena perilaku anarkis, perusakan, pertikaian, tawuran antarmahasiswa, serta hubungan antarpribadi yang semakin tidak mengindahkan nilai-nilai etika dan sopan santun menjadi suatu keprihatinan di bangsa kita.
Suatu keadaan yang memprihatinkan mahasiswa yang toleran, jujur, lemah-lembut, sopan-santun, tidak saling menyakiti serta selalu menjunjung tinggi nilai-nilai agama, etika dan moral mulai sulit ditemukan. Gejala dan trend yang tampak di kalangan mahasiswa menunjukan bahwa mereka mengabaikan budi pekerti dan tata krama pergaulan, yang sangat diperlukan dalam suatu masyarakat yang beradab. Mereka saat ini lebih terbiasa dengan tata krama yang berlawanan dengan budayanya sendiri. Seakan-akan nilai-nilai moral yang dimiliki dari kebudayaannya sendiri adalah suatu yang zaman dulu, ketinggalan zaman. Bahkan merupakan sesuatu yang harus ditinggalkan. Krisis etika dan moral yang terjadi saat ini telah memporak-porandakan tata nilai budaya serta masyarakat.
Salah satu strategi yang tepat untuk membentuk karakter mahasiswa yaitu melalui pendidikan karakter. Dengan pendidikan karakter ini mahasiswa dapat menjadi individu-individu berkarakter baik. Mahasiswa dapat dikatakan berkarakter atau berwatak jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuataan moral dalam hidupnya. Penerapan pendidikan karakter bukan hanya pada ranah kognitif, melainkan harus berdampak positif terhadap ranah afektif yang berupa sikap dan perilaku mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari. Maka, sudah seharusnya pendidikan karakter dibangkitkan kembali. Pada hakikatnya pendidikan karakter ingin membentuk individu yang bermoral yang dapat memahami kebebasan serta tanggung jawab dalam relasinya dengan orang lain maupun dengan dunia di dalam komunitas pendidikan.
Suatu kebangkitan kembali dari perlunya nilai-nilai etika, moral, dan budi pekerti dewasa ini. Telah mulai timbul kecenderungan masyarakat untuk menyadari bahwa dalam masyarakat terdapat suatu kearifan mengenai adanya suatu moralitas dasar dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, saat ini mulai dirintis adanya pendidikan karakter untuk mendorong tumbuhnya nilai-nilai moral dengan memberikan pembelajaran kepada mahasiswa agar mereka lebih menghargai nilai-nilai tersebut.
Pendidikan karakter yang bertugas memproduksi pengetahuan dan nilai-nilai penting bagi generasi penerus bangsa. Pendidikan karakter dengan kurikulum yang merupakan refleksi dari budaya masyarakat itu sendiri.  Kurikulum merupakan alat untuk merealisasikan sistem pendidikan, sebagai salah satu dimensi dari kebudayaan. Implikasi dasarnya; program kurikulum harus disusun dan mengandung materi sosial-budaya dalam masyarakat. Ini bukan hanya dimaksudkan untuk membudayakan anak didik, tetapi sejalan dengan usaha mengawetkan kebudayaan itu sendiri. Pada pendidikan karakter sudah seharusnya ada upaya penghayatan untuk membuat nilai-nilai luhur yang berkaitan dengan moral  dapat mendarah daging di setiap mahasiswa. Karena, pendidikan merupakan suatu instrument untuk mentrasmisikan kebudayaan pada masyarakat dan generasi baru. Selain itu, pendidikan juga bersifat mengawetkan kebudayaan, sehingga dapat membuat para generasi muda mahasiswa khususnya menjadi mahasiswa berbudaya.

Sabtu, 07 Januari 2012

Fenomena Hallyu bagi Indonesia


Abad 21 dikenal sebagai era globalisasi.  Globalisasi digambarkan sebagai semua proses yang merujuk kepada penyatuan seluruh warga dunia menjadi sebuah kelompok masyarakat global.  Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat menghindar dari globalisasi yang pengaruhnya kini telah menjalar kesegala aspek kehidupan, yang dapat dilakukan manusia adalah menghadapinya dan menjadikannya sebagai peluang. Globalisasi mewajibkan semua negara untuk siap menghadapi arus liberalisasi perdagangan barang dan jasa, tak terkecuali dengan Indonesia.  Tak hanya itu, persaingan ketat juga terjadi di bidang sumber daya manusia dan alam, ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan, serta tak kalah pentingnya adalah mampu.  Apabila Indonesia tidak mampu menghadapinya maka kita akan kalah dalam persaingan global tersebut.Globalisasi kini tidak hanya identik atau didominasi oleh westernisasi ‘Dunia Barat’. 
Fenomena terbaru yang terjadi saat ini adalah fenomena hallyu atau korean wave yang terjadi di seluruh penjuru dunia, tak terkecuali dengan dunia Barat.  Hallyu bersumber pada negara Korea Selatan yang telah berhasil menyihir dunia dengan budayanya dan menghadirkan warna yang berbeda dari yang selama ini disuguhkan oleh bangsa Barat.  Hallyu telah menjadikan Korea Selatan sebagai Negara yang patut diperhitungkan kedudukannya di kancah Internasional dan tidak dapat dianggap sebelah mata.  Korea Selatan yang pada 1950-an termasuk negara termiskin di Asia, kini menjadi 10 negara terkuat ekonominya di dunia, nomor sembilan di dunia dalam pangsa pasar film, dan menjadi negara paling besar belanjanya untuk pertunjukan dan film.  Selain itu, Korea Selatan juga merupakan negara ke 3 yang telah berhasil menyebarkan budayanya ke seluruh penjuru dunia setelah Amerika dan Jepang.
Korean wave ini disebut juga Hallyu wave, mengacu pada penyebaran budaya Korea Selatan di seluruh dunia atau kecintaan terhadap eksport budaya korea selatan. Korean Wave atau Korean Fever merujuk pada peningkatan secara signifikan popularitas budaya Korea Selatan di seluruh dunia sejak abad 21, terutama di kalangan Generasi Net. Hal ini juga disebut sebagai Hallyu (Hangul: 한류; Hanja: ; RR: Hallyu), dari pengucapan Korea.  Hallyu atau Korean Wave pada hakikatnya merupakan fenomena demam Korea yang disebarkan melalui Korean Pop Culture ke seluruh penjuru dunia lewat media massa, dan yang terbesar lewat jaringan internet dan televisi.  Istilah ini diciptakan di China pada pertengahan 1999 oleh jurnalis Beijing terkejut oleh popularitas yang berkembang pesat hiburan dan budaya Korea di Cina. Dari sebuah budaya menjadi sebuah brand image, itulah Korean Wave. Sebuah kampanye yang sangat menarik melalui berbagai macam cara untuk memperkenalkan Negara Korea Selatan. Tidak bisa dipungkiri, cukup banyak orang yang tertarik menonton drama Korea, mendengar music K-pop (Korean pop), makanan khas korea, pakaian khas korea, belajar berbahasa korea (hangul) bahkan brand-brand dari korea mulai merajalela di tengah krisis global ini. Korea Selatan adalah salah satu dari sepuluh negara teratas dunia sebagai eksportir budaya dan Korean Wave dimulai dengan meng-ekspor drama TV Korea seperti Autumn Fairy Tale, Winter Sonata, Dae Jang Geum (Jewel In The Palace), dan Princess Hours di seluruh Asia Timur dan Asia Tenggara. Keberhasilan pertumbuhan drama korea segera diimbangi dengan film korea, musik pop, makanan dan bahasa. Meskipun populer di seluruh Asia, pengaruh Korean Wave paling terlihat di Cina, Jepang dan Asia Tenggara, lalu menyebar ke India, Timur Tengah, Asia Tengah, Iran, Israel, Turki dan Rusia. Korean Wave berkembang pesat di luar Asia melalui internet dan juga menyebar ke Utara, Tengah dan Amerika Selatan, khususnya di Chile, Meksiko dan Argentina, dan semakin menjadi populer di Amerika Serikat. Selain itu juga menyebar di Eropa Timur dan Skandinavia, antara lain oleh Hungaria dan Norwegia. Hal ini juga mengumpulkan banyak minat positif di Afrika Utara, menarik penonton yang cukup besar di Mesir.
Saat ini, Korean Wave mulai ‘menghantam’ Kerajaan Inggris dan Australia. Di Indonesia sendiri, berkembangnya Korean Pop Culture diawali dengan kemunculan drama seri Korea terlaris kala itu yaitu Endless Love pada tahun 2002 di salah satu stasiun televisi swasta. Cerita yang dikemas secara apik, tidak memiliki episode yang panjang, dengan aktor dan aktris yang berbakat dan sangat menarik penampilannya, membuat drama seri ini menjadi awal pembuka bagi masuknya Korean Pop Culture lainnnya. Hal tersebut dibuktikan dengan ditayangkannya drama seri Korea lain yang berjudul Winter Sonata pada tahun yang sama pula.Selain itu, di Indonesia kita bisa melihat maraknya pemutaran film dan sinetron Korea di televisi, Hallyu bisa juga ditemui di toko-toko kaset dan vcd. Dalam hal ini, film-film Korea sudah mendapat lisensi penjualan melalui distributor resminya. Ini menandakan bahwa film Korea pun sudah mulai sejajar dengan film-film original dari Hollywood yang dipasarkan di Indonesia. Ini merupakan suatu capaian sukses yang diraih oleh industri perfilman Korea. Bila dilihat dari sisi lain, film Korea memiliki pangsa pasar juga di Indonesia. Dengan kata lain, disadari atau tidak, sebagian masyarakat Indonesia sudah terpengaruh dengan Hallyu.Setelah kesuksesan drama korea yang telah berhasil membuat fenomena Hallyu, maka Pemerintah Korea Selatan berencana untuk mengulang kesuksesan yang sama pada Korean Movie dan Korean Music. 
Korean Music atau yang lebih dikenal dengan Korea Pop (K-Pop) telah memperkenalkan boyband dan girlband yang mampu meraih popularitas hingga ke penjuru dunia, yang tentunya dengan kualitas yang tidak dapat diremehkan.  Di Indonesia sendiri, sudah banyak berjamur, fanbase-fanbase K-Pop Idol baik di dunia maya maupun di dunia nyata.  Semua ini terjadi, tentu saja berkat kerjasama semua pihak yang terkait, serta pemerintah yang peduli dan mampu melihat serta memaksimalkan peluang yang ada. Pengaruh Korean Pop culture dalam kehidupan masyarakat Indonesia disadari atau tidak yang meliputi segala aspek dari musik dan drama hingga fashion style, hair style, bahkan Korean way of life. Fenomena tersebut terlihat dari banyaknya fanbase yang ada, baik di dunia maya maupun dunia nyata dan menjamurnya komunitas virtual pecinta Korea di Indonesia.  Hal ini merupakan dampak dari  pola konsumsi media internet pada sebagian besar remaja Indonesia, sehingga menjadi faktor penentu bagaimana Korean Wave bisa menyebar dan akhirnya muncul sejumlah organisasi komunitas virtual yang anggotanya berasal dari berbagai kota di Indonesia. Tak hanya itu, fenomena hallyu juga telah menyebabkan pecintanya memburu segala hal yang berkaitan erat dengan Korea, hal ini tampak jelas dari semakin meningkatnya masyarakat Indonesia yang mempelajari bahasa Korea dan budaya Korea.  Semakin banyaknya restaurant Korea di Indonesia menunjukkan bahwa semakin meningkatnya minat para pencinta kuliner terhadap masakan Korea.  Segala hal yang berhubungan dengan artis-artis Korea juga diburu oleh para pecintanya, hal ini terlihat dari banyaknya kegiatan gathering sesama pecinta artis Korea, dan maraknya lomba cover dance dan idol star.
Berdasarkan fenomena tersebut, dapat diketahui bahwa Korean Wave sedang berjalan pada tracknya di Indonesia. Memiliki kelasnya tersendiri dan punya para penggemarnya masing-masing. Tetapi yang pasti, Korean Wave nyata-nyata sudah mempengaruhi banyak aspek kehidupan penggemarnya. Tidak terkecuali menginspirasi para artis-artis tanah air.Fakta tersebut telah membawa kita pada sebuah kesadaran bahwa Korean Wave diyakini atau tidak telah menginspirasi banyak artis di Indonesia. Kemunculan SM*SH sebagai boy band dengan gaya-gaya yang menyerupai Super Junior, menjadi pembuka bagi bermunculannya boy band dan girl band lain di Indonesia.   Hal ini menandakan bahwa dunia entertainmant khususnya musik, telah memberikan tempat khusus bagi penikmat boyband dan girlband.  Namun, hal ini tidak dibarengi dengan kreativitas dalam berkarya dari para pihak yang terkait, sehingga tanpa disadari atau tidak, artis-artis Indonesia telah meniru konsep boyband dan girlband korea secara utuh, nyaris tanpa perbedaan. Selain itu, kemampuan yang tidak dimiliki oleh artis Indonesia adalah kemampuan dalam memanage para fans, serta menunjukkan dan membalas kecintaan fans.  Artis-artis korea kerap menunjukkan dan membalas kecintaan fans dengan membuat lirik lagu yang khusus ditujukan pada para fansnya, sehingga hal ini akan berpengaruh pada loyalitas dari fans tersebut.
Tak hanya itu, Fenomena Hallyu juga memberikan dampak negatif lainnya, antara lain mengakibatkan lunturnya kecintaan masyarakat Indonesia terhadap budayanya sendiri, menurunnya semangat belajar dan prestasi belajar karena tersitanya waktu untuk menonton drama Korea atau menjelajahi dunia maya untuk melakukan searching mengenai Korea.  Yang tak kalah penting adalah gaya hidup masyarakat Indonesia yang telah terpengaruh oleh gaya hidup masyarakat Korea.Tak semua fenomena Hallyu memberikan dampak negatif bagi Indonesia, dampak positif dari fenomena ini antara lain; memperkaya pengetahuan akan kebudayaan negara lain, Korea dapat dijadikan teladan yang baik dalam hal menghadapi arus globalisasi yang semakin kuat dan tak dapat dihindari, Menginspirasi masyarakat Indonesia untuk terus bekerja keras dan disiplin serta memiliki etos kerja yang tinggi.
Ada pula pembelajaran yang bisa diperoleh dari fenomena Hallyu Film Korea yang telah menjadi andalan ekspor Hallyu harus bisa dijadikan alat belajar bagi masyarakat Indonesia terutama mereka yang berkecimpung di dunia perfilman. Banyak yang bisa dipelajari dari keberhasilan Korea mengekspor budayanya. Salah satunya adalah kemampuan sineas negara  ini dalam menangkap pasar dari industri interaktif. Bukan hanya tayangan di televisi, tetapi mereka akhirnya juga telah berhasil mengemas produk mereka dalam berbagai bentuk dan produk untuk saling mendukung pemasaran industri film mereka. Untuk itulah Indonesia yang saat ini mau tidak mau telah menjadi “pasar” atau konsumen budaya Korea harus bisa mengambil segi-segi positif yang bisa didapatkan terutama dalam hal bagaimana pemerintah Korea mendukung menyebarnya Hallyu ke dunia Internasional. Dukungan seperti ini perlu menjadi contoh bagi masyarakat Indonesia dan pemerintah Indonesia untuk ikut memikirkan produk budaya lokal dan menghargainya. Hanya dengan kesadaran akan berharganya produk dalam negerilah suatu negara bisa dengan bangga memperkenalkan budayanya ke dunia internasional. (http;//kompas.com.amirsodikin/drama-korea-yang-membuaiAsia.html)
Film maupun sinetron di Indonesia yang sebagian besar merupakan hasil plagiat, dapat digantikan dengan drama-drama yang dikemas secara apik dengan berlatar belakang kehidupan masyarakat di jaman kerajaan pada masa lampau dengan bertemakan kisah-kisah percintaan hingga kepahlawanan.  Dari situ kita dapat mengadaptasi cara Korea Selatan dalam memperkenalkan kebudayaan dan kehidupan masyarakatnya dengan drama Korea yang dikemas secara apik dan memiliki nilai jual serta kualitas yang tinggi.  Aliran musik yang dibawakan oleh artis Korea memang terdengar ringan dan berbeda dari kebanyakan, sehingga mudah diterima oleh berbagai kalangan meskipun bahasa yang digunakan sebagian besar adalah bahasa Korea, yang tidak semua orang dapat memahaminya.  Hal ini lah yang dapat ditiru oleh Indonesia, yaitu memiliki khas tersendiri dengan karya yang orisinil serta dapat memiliki tempat khusus di hati para penikmat musik.  Dari semua paparan di atas, hal ini tentu saja dapat dijadikan pemicu semangat masyarakat Indonesia untuk memiliki kemampuan menggabungkan cultural dengan industri, dan menggunakan strategi soft diplomation sehingga Indonesia memiliki daya tarik tersendiri di kancah Internasional.
Gelombang Hallyu yang sangat besar di Indonesia haruslah menjadi pemacu semangat yang nyata untuk melakukan perubahan. Korean pop culture pada dasarnya sangat menarik untuk dipelajari dan menginspirasi karena ditengah kemodernannnya, ada semangat perubahan terus menerus didalamnya, tetapi dengan tidak meninggalkan budaya tradisional didalamnya. Hal tersebut menjadi menarik untuk dipelajari untuk para remaja di Indonesia, bahwa ketika kita sedang terpengaruh dengan kebudayaan lain yang masuk, kita punya filter yaitu kebudayaan sendiri, supaya antara tradisi dan modenitas dapat berjalan serasi, selaras, dan seimbang. Pada akhirnya, kejayaan Korean Pop Culture di Indonesia haruslah dapat menginspirasi kita semua untuk memajukan dan berjaya dengan Indonesian Pop Culture. (http;//bidariIndrahastuti.blogspot.com.UASPTK-Fenomena Pembentukan Komunitas Virtual Pecinta Korea di Indonesia.html)
Anggota komunitas yang lebih tertarik menyebarkan budaya Korea dibanding melestarikan budaya Indonesia, seharusnya membuka mata bangsa ini lebih luas akan pentingnya membuat sebuah branding yang kuat bagi Indonesia. Indonesia memiliki nilai jual yang tidak kalah menarik dengan Korea, namun tidak memiliki cukup strategi komunikasi untuk menyebarkan pengaruhnya di dunia.Oleh karena itu, bangsa Indonesia sebaiknya belajar dari Korea Selatan bagaimana menyebarkan pengaruh dan kebudayaannya secara tepat dan efisien. Korea Selatan dengan cerdas memberikan positioning dirinya sebagai produsen budaya dan hiburan yang notabene akan mudah disukai oleh masyarakat. Lebih jauhnya, perubahan perilaku konsumsi masyarakat dunia, dengan cepat membuat promosi kebudayaan yang dilakukan Korea melalui pemanfaatan teknologi YouTube, misalnya, menjadi pembicaraan melalui word of mouth dan viral communication yang efektif disebarluaskan secara jamak.
Keberadaan komunitas virtual yang memiliki loyalitas tinggi terhadap budaya Korea, juga banyak membantu tersebarnya Korean Wave ke mancanegara, terutama di Indonesia. Untuk ke depannya, tidak ada salahnya bagi Indonesia untuk membuat sebuah branding pariwisata dan budaya yang lebih efektif dalam kemasan menarik, sehingga mudah disukai oleh masyarakat dari negara lain. Lebih baik lagi jika Indonesia memanfaatkan kecanggihan teknologi komunikasi masa kini untuk menyebarkan informasi mengenai serba-serbi Indonesia kepada dunia agar masyarakat dunia juga tahu bahwa Indonesia pun punya budaya yang luar biasa.

Kilas Balik Bencana Merapi

                Gunung Merapi , bencana dahsyat telah menimpa warga sekitar. Dalam sekejap keindahan alam di kawasan Sleman utara hancur berantakan, segala yang terjadi bukti kuasa Tuhan semesta alam. Bencana yang saat ini sering terjadi merupakan kuasa Tuhan, dan Tuhan telah menghendaki terjadinya. Bukan sesuatu yang mustahil jika negeri tercinta ini dilanda bencana. Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia merupakan daerah yang dilalui jalur pegunungan api dan terdapat pula pertemuan tiga lempeng besar.
            Gunung Merapi memiliki tipe letusan tersendiri. Gunung tersebut tidak dapat digolongkan dalam kategori tipe letusan gunung api yang ada dalam kajian ilmu Geografi. Tipe merapi: lavanya kental, sumber magma sangat dangkal tekanan gas yang keluar dari sumber kawah yang retak atau dari sisi sumber kawah itu. Awan panas meluncur di lereng gunung dengan disertai pecahan sumbat kawah sebagai “bom”nya.
            Terjadinya bencana  gunung merapi merupakan gejala vulkanisme. Semua aktivitas gejala alam yang terjadi akibat adanya aktivitas magma. Karena adanya tekanan yang amat besar, walaupun suhunya cukup tinggi, batuan di dalam bumi tetap berwujud padat. Apabila terjadi pengurangan tekanan, akibat  celah-celah, tekanan pun akan menurun sehingga batuan menjadi cair dan terjadilah magma.
            Adanya bencana Gunung Merapi, yang mengakibatkan bentang lahan di permukaan bumi sangat bervariasi dan selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan bentuk permukaan bumi ini disebabkan oleh adanya tenaga-tenaga geologis yang bekerja yaitu tenaga endogen dan tenaga eksogen (tenaga dari luar bumi). Bukan dari tenaga gaib (yang selama ini menjadi kepercayaan warga sekitar Gunung Merapi)
            Gunung Merapi marah, para penunggu tidak diberi perhatian dari Juru Kunci (Mbah Maridjan) yang sibuk syuting suatu produk minuman. Mayoritas masyarakat sekitar Gunung Merapi mempercayai hal-hal yang berbau mistis. Apa yang terjadi selalu dihubungkan dengan hal mistis, padahal sebenarnya apa yang terjadi dengan alam dapat dijelaskan secara rasional. Disinilah peran ilmu geografi untuk menjelaskan kepada masyarakat sekitar Gunung Merapi terkait peristiwa meletusnya gunung tersebut.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More